Kecendrungan saya yang mau enak dan nyaman, tanpa sadar membuat saya sering bersikap seenaknya; yang berujung pada relanya menurunkan standard kualitas Sikap dan Perbuatan. Apakah ini sikap dan perilaku manusia sejati? Bila tidak, maka? WA

Suatu pagi di tempat cuci mobil. Sambil menunjuk karpet karet, si Abang pencuci mobil bertanya,”Bang, karpet karetnya cuma ada dua aja kan ya?” dan saya pun terdiam tidak mampu menjawab. Padahal mobil ini sudah menemani saya hampir setiap hari selama 1 tahun dan saya tidak menyadari tentang hal tersebut.   Pertanyaan yang timbul “Seberapa sering […]

Tidak masalah untuk bangga atau sombong atas keberhasilan diri ASAL di dalam kebanggaan dan kesombongan ada kesadaran bahwa keberhasilan ini ADA andil guru, teman, orang tua, lingkungan, dan alam semesta. Bersyukur dalam kesombongan. WA

Selama dapat dibayangkan maka dapat diwujudkan. Seringkali tidak terbayangkan karena rasa sudah menutup pandangan. Dan seringkali tolak ukur dapat atau tidaknya adalah rasa. Mau sesuatu yang luar biasa tetapi dengan perasaan senyaman-nyamannya. Apakah hal itu masuk akal? Manusia punya kecendrungan untuk kecanduan pada rasa. Namun untuk mencapai tujuan diperlukan kemampuan mengelola Rasa. WA

Menua itu dari detik ke detik.. tidak dapat dihindari. Dewasa belum tentu. WA

Kesombongan yang tidak disadari menghadirkan diskriminasi bahwa saya lebih baik dari kamu. Kesombongan dan keangkuhan yang disadari menghadirkan kerendahan hati. Saya baru menyadari kesombongan yang tidak saya sadari. WA